Blog ini dibuat untuk memberikan informasi mengenai seni, budaya, teknologi, serta destinasi wisata

  • Budaya

    Halaman ini memuat tentang kebudayaan

  • Seni Musik

    Halaman ini memuat tentang seni musik

  • Seni Tari

    Halaman ini memuat tentang seni tari

  • Teknologi

    Halaman ini memuat informasi teknologi (IT)

  • Destinasi Wisata

    Halaman ini memuat tentang pariwisata

Featured post

Pura Luhur dan Asal-Usul Pretisentana Bhujangga Waisnawa

Pura dan Asal-Usul Pretisentana Bhujangga Waisnawa       Kata senggu berasal dari kata sengguh yang berarti dikira. perkataan ini menj...

Thursday, 29 November 2018

Alat Musik Penting (Mandolin) Ciri Khas Karangasem



Seni gamelan khas dan langka Karangasem yang diberi nama “Penting” atau bisa disebut dengan Mandolin. Kesenian Penting pernah mencapai masa keemasannya pada masa-masa akhir kerajaan Karangasem. Sampai pada era tahun 1980-an kesenian ini masih mudah dijumpai dalam bentuk perorangan maupun seka dan pernah beberapa  kali tampil di televisi dan di PKB.   Namun setelah beberapa tahunnya Kesenian Penting mulai kelam, karena kebanyakan tokoh-tokohnya meninggal dunia. Disamping itu desakan dari kesenian modern dan perkembangan dunia modern membuat kesenian penting ini semakin terancam, karena minat dari kalangan anak muda untuk memainkan alat musik ini agak kurang. Anak muda jaman sekarang lebih ke genre musik modern seperti memainkan gitar.

Seiring berkembangnya zaman sedikit demi sedikit kesenian penting sudah mulai diminati kembali. Banyaknya sekaa penting sudah bersinergi di sanggar-sanggar kesenian maupun komunitas kesenian.  Sesudah itu  muncul Sekaa Penting binaan Puri Gede Karangasem koordinator Ida Bagus Jaya Negara, S.H. Peminat kalangan muda untuk memainkan alat musik penting sudah semakin meningkat, lagu-lagu klasik dan perkembangan kesenian inovatif yang terdapat alat musik penting sudah mulai berkembang. Alat musik penting sudah dikolaborasikan dengan genjek, dengan gong suling, serta joged bumbung. Penulis berharap semua kesenian di Bali pada khusunya dan di Indonesia pada umumnya semakin mengancah dunia internasional.


Share:

Wednesday, 28 November 2018

Tari Jempiring ( Maskot Kota Denpasar )

Sejarah Tari Sekar Jempiring 

 

Jempiring adalah sebuah tanaman yang merupakan MASKOT Kota Denpasar yang berwawasan budaya dengan warna putih berbau khas tersendiri, terhembus gemulai oleh angin sepoi-sepoi menari disetiap sudut kota.
Terinspirasi oleh seorang Bintang Puspayoga, terciptalah sebuah tari penyambutan untuk tamu-tamu disetiap acara-acara resmi Pemerintah Kota Denpasar. Dengan keinginan yang luhur bersama-sama para seniman Kota Denpasar, terwujudlah Tari Sekar Jempiring yang merupakan kado kenangan bagi masyarakat Denpasar di akhir masa tugas beliau pada akhir 2004.
Terselip oleh makna keagungan, keharuman dan kesucian bunga jempiring, penggarap menginterprestasikan dalam bentuk tari yang terkemas dari pola-pola gerak tradisi yang dikembangkan menjadi bentuk baru dan terkombinasi oleh musik gambelan Gong Kebyar yang kekinian sesuai kelemah – lembutan bunga jempiring.
Terkemasnya komposisi musik dan tari ini maka lahirlah sebuah tarian dengan judul “SEKAR JEMPIRING”
Penggagas Ide : Ibu Bintang Puspayoga
Penata Tabuh   : I Ketut Suandita, Ssn
Penata Tari       : Ida Wayan Arya Satyani, Ssn
Share:

Tuesday, 27 November 2018

Alat Musik Tradisional Bali ( Rindik Bambu ) dan Video

 

Sejarah Singkat Alat Musik Rindik

Seperti Dikutip Dari Wikipedia. Sejarah Alat Musik ini Berawal ketika pihak wengker atau ponorogo melakukan pemberontakan kepada majapahit, dan ketika adanya serbuan dari Demak angklung-angklung dan gamelan di bawa ke Bali sehingga mengalami kerusakan. Pada saat berada di bali, orang majapahit mengalami kesulitan dalam merangkai gamelan termasuk Angklung, angkung ini berubah nama menjadi rindik yang berasal dari bahasa jawa kuno yang berarti di tata dengan rapi dengan celah yang sedikit. walaupun angklung reyog berhasil dirangkai dan terciptanya alat musik Rindik, Angklung Reyog tetap di gunakan untuk keperluan keagamaan dan kesenian hingga era kerajan Bali. Tetapi saat ini sudah tidak di teruskan seniman bali karena tidak mencerminkan keraifan lokal Bali.

Fungsi Alat Musik Rindik

Alat musik ini terbuat dari bambu yang bernada selendro dan dimainkan dengan cara dipukul. dan biasanya dimainkan oleh 2-5 orang pemain, di mana 2 orang menabuh Rindik dan sisanya untuk seruling dan gong pulu.
Pada awalnya fungsi alat musik rindik hanya dibuat sebagai alat untuk menghibur para petani di sawah. Rindik juga biasa digunakan sebagai musik pengiring hiburan rakyat Joged Bumbung. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kini Rindik sudah lebih fleksibel dalam pemakaiannya. Beberapa diantaranya adalah sebagai pelengkap untuk acara pernikahan/resepsi serta dapat pula untuk menyambut tamu.
Alat musik ini biasanya di pergunakan pada upacara perkawinan dan acara pertunjukan yang di kenal dengan nama "joged Bumbung" Tarian joged bumbung ini biasanya di iringi oleh sepuluh atau duapuluh orang yang memainkan gamelan dan termasuk para penabuhnya. Dan Bisa juga di pakai atau di mainkan di hotel-hotel untuk mengibur para tamu yang berkunjung ke Bali.
Bentuk Alat Musik Rindik
Rindik merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang sudah dipotong-potong dan ditata sesuai ukurannya. Jumlah potongan bambu tersebut biasanya terdiri dari 11 buah sampai 13 buah. Setiap buah bambu memiliki ukuran yang berbeda dan nada yang berbeda pula. Semakin besar ukuran bambu maka semakin bernada rendah, seBaliknya semakin kecil bambu tersebut maka semakin tinggi nada yang dihasilkan. Bambu tersebut ditata diatas tempat(pelawah) dimulai dari nada paling rendah di sudut kiri hingga nada paling tinggi di sudut paling kanan.
Nada yang dihasilkan oleh Rindik ini merupakan nada Pentatonic atau Laras slendro, yang berarti hanya memiliki 5 nada utama. Rindik ini dimainkan dengan menggunakan 2 buah alat pemukul yang terbuat dari karet dan memiliki ukuran yang berbeda. Pemukul berukuran besar biasanya digunakan di tangan sebelah kiri begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan nada paling kiri lebih rendah sehingga saat dimainkan terdapat sebuah keseimbangan nada.
Cara Memainkan Alat Musik Rindik
Cara memainkan Rindik ini juga membutuhkan keahlian khusus dan feel yang cocok. Rindik biasannya dimainkan dengan dua tangan, dimana fungsi keduanya berbeda. Pada tangan kanan memainkan kotekan sedangkan yang kiri memainkan melodi. Sehingga apabila digabungkan akan menghasilkan suara yang merdu.
Pemain Rindik juga dibedakan menjadi dua macam, yang pertama memainkan pokok lagu/gendhing, dan satunya memainkan sangsih. Apabila keduanya dipadukan maka akan menghasilkan suara yang harmonis.Dalam permainan Rindik juga terdapat teknik pukulan yang dinamakan ngundil, yaitu teknik pukulan yang dilakukan tangan kiri pemain sangsih dimana pukulan tersebut menyelingi pukulan tangan kiri pemain pokok yang sudah divariasikan. Pada pertunjukan joged bumbung, teknik seperti itu sering disebut dengan jegog.
Perkembangan Alat Musik Rindik
Dalam perkembangannya, musik Rindik menjadi salah satu alat musik yang lebih fleksibel dan memiliki fungsi yang lebih banyak. Selain bisa digunakan sebagai pengiring pertunjukan tari, musik Rindik juga bisa ditampilkan sebagai pertunjukan musik seperti pengiring pernikahan dan resepsi. Selain itu juga bisa ditampilkan di acara festival budaya, penyambutan tamu besar dan acara budaya lainnya.
Sekian pengenalan tentang “Rindik Alat Musik Tradisional Dari Bali”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang ragam kesenian tradisional di indonesia.

Share:

Pengertian dan Pemakaian Gender Wayang ( Alat Musik Tradisional Bali)


Gender Wayang adalah barungan alit yang merupakan gamelan Pewayangan (Wayang Kulit dan Wayang Wong) dengan instrumen pokoknya yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender ini terdiri dari sepasang gender pemade (nada agak besar) dan sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2 panggul.
Gender wayang ini juga dipakai untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi) dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). Untuk kedua upacaranya ini, dan untuk mengiringi pertunjukan wayang lemah (tanpa kelir), hanya sepasang gender yang dipergunakan.
Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan. Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang kecil, sepasang cengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender Wayang.
Pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasanya memakai sejumlah tabuh yang berdasarkan fungsinya.

Tabuh-tabuh yang dimaksud antara lain:
  • Pategak (pembukaan) yang merupakan tabuh instrumentalia
  • Tabuh Pamungkah gending-gending untuk mengiringi dalang melakukan puja mantra persembahan, membuka kotak wayang (kropak)
  • Tabuh Patangkilan gending untuk mengiringi adegan pertemuan/persidangan
  • Tabuh angkat-angkatan gending untuk mengiringi adegan sibuk seperti keberangkatan laskar perang dan perjalanan
  • Tabuh rebong gending untuk mengiringi adegan roman
  • Tabuh tangis gending untuk mengiringi suasana sedih
  • Tabuh batel gending untuk mengiringi adegan perang
  • Tabuh panyudamalan  gending khusus untuk mengiringi upacara pangruwatan (dalam Wayang Sapuh Leger)




 
Ibarat musik modern, aliran dari instrumen atau gamelan gender ini adalah jazz. Jadi jika ingin belajar main gender, selain belajar cara menggenggam dan memukul, juga butuh menyerap lirik lagu dengan ekstra. Karena keunikan ini, gender kini banyak dipelajari oleh orang-orang Jepang, Korea, dan USA.

Di Bali, instrumen gender kebanyakan digunakan saat upacara manusa yadnya seperti potong gigi, pawiwahan (perkawinan) dan menek kelih,

Kesenian wayang kulit di Bali juga diiringi dengan menggunakan gamelan gender wayang atau Pewayangan dalam pementasan atau pertunjukannya.

Dikutip dalam Babad Bali, Gamelan Gender Wayang dengan instrumen yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender ini terdiri dari :
  • Sepasang gender pemade (nada agak besar).
  • Sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2 panggul.
Gender wayang ini juga dipakai untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi) dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). Untuk kedua upacaranya ini, dan untuk mengiringi pertunjukan wayang lemah (tanpa kelir), hanya sepasang gender yang dipergunakan.

Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan.

Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang kecil, sepasang cengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender Wayang. 


Share:

Friday, 23 November 2018

Pura Luhur dan Asal-Usul Pretisentana Bhujangga Waisnawa

Pura dan Asal-Usul Pretisentana Bhujangga Waisnawa

 
    Kata senggu berasal dari kata sengguh yang berarti dikira. perkataan ini menjadi rancu dengan kata sangguhu yang berarti sang guru atau sang guhung (sebutan ini tidak terlepas dari peranan leluhur bhujangga waisnawa yang menjadi pembimbing atau guru spiritual). demikan juga halnya dengan kata sengguan/sengguhan yang dapat berarti tempatnya i senggu/ i sengguh, dan kata sangguhuan yang artinya karang setra/suci. hal ini tidak terlepas dari tempat tinggal Ida Bhujangga Waisnawa yang selalu berdekatan dengan karang tenget atau karang setra karena sang Bhujangga mempunyai kemampuan sebagai pamahayu jagat, pangalebur lan panglukat sahananing leteh (melebur dang menyucikan segala kekotoran.
Penyebutan kata senggu atau sengguh berasal dari kisah pada jaman Dalem Waturenggong di klungkung. Pada zaman pemerintahan dalem Waturenggong, salah satu purohita beliau dari Bhujangga Waisnawa adalah Ida Bhujangga Guru. Selain sebagai purohita, Ida bhujangga juga berperan sebagai Guru bagi putra-putri sang raja.
Salah satu putri dari dalem waturenggong bernama Dewa Ayu laksmi ketika beranjak dewasa akhirnya jatuh cinta dan menikah dengan Ida Bhujangga Guru. Hal ini mengundang kemarahan dari Dalem Waturenggong, karena pernikahan terjadi diluar sepengetahuan beliau dan apalagi pernikahan tersebut terjadi antara guru dan murid. Kemarahanan dalem ditunjukkan dengan perintah untuk membunuh Ida Bhujangga Guru mengetahui hal tersebut Ida Bhujangga Guru segera "kesah" atau melarikan diri ke daerah pegunungan di tabanan (jatiluwih) tempat tinggal ayahnya yaitu Ida bhujangga Angker atau Ida Resi Canggu. Kepergian Ida Bhujangga Guru dari gelgel (klungkung) masih meninggalkan putra beliau dari istri pertama. Putra beliau bernama Ida Bhujangga Alit Adiharsa.
Suatu ketika, Dalem waturenggong mengadakan upacara yadnya. Beliau mendengar tentang keberadaan Danghyang Nirartha yang baru datang dari jawa. Namun ketika Danghyang Nirartha dipendak atau dijemput, Danghyang Nirartha sedang tidak berada di pasraman, yang ada saat itu adalah I Kelik yang merupakan salah satu pengikut Danghyang Nirartha. I Kelik ini mengaku sebagai Danghyang Nirartha, maka diajaklah dia ke istana. Lalu ketika I kelik yang dikira danghyang nirartha ini melantunkan puja selayaknya pandita, datanglah Danghyang Nirartha dan Ida Bhujangga Alit Adiharsa. mengetahui hal ini membuat I Kelik menjadi ketakutan dan melarikan diri. Dalem menjadi marah karena merasa dibohongi, lalu diperintahkan untuk mengejar dan menangkap I Kelik yang telah membohongi raja. Akan tetapi atas permintaan Danghyang Nirartha, I Kelik akhirnya diampuni oleh dalem. I Kelik kemudian disebut I Sengguh yang artinya yang dikira.
Dalam perkembangan selanjutnya di Istana, oleh karena kemarahan Dalem Waturenggong terhadap Ida Bhujangga Guru, Ida bhujangga Alit Adiharsa menjadi tidak dianggap. Segala nasehat dari Ida bhujangga tidak pernah diperhatikan. Ida Bhujangga Alit merasa tidak nyaman dan akhirnya memilih untuk ikut kesah dari gelgel. Dengan perginya sang Bhujangga maka dikatakan bahwa Ida Bhujangga telah moksah (padahal kesah yang artinya pergi)lama-kelamaan kondisi negara semakin kacau karena purohita yang bertugas sebagai pemarisudha gumi atau pemahayu jagat sudah tidak ada.
Hal ini membuat Ida dalem menjadi resah. Atas saran Danghyang Nirartha, Dalem akhirnya setuju untuk mengangkat I Kelik sebagai pengganti Ida Bhujangga. I Kelik kemudian dijari oleh Danghyang Nirartha puja-puja weda sebagai dang katrini dan juga semua pusaka dan piagem-piagem sang Bhujangga yang telah kesah diberikan kepada I Kelik. Selanjutnya I Kelik ditapak (ditasbihkan) oleh Danghyang Nirartha sebagai Jero Gede (menurut Lontar Tutur kudalini).
Maka sejak itu peranan Ida Bhujangga diambil alih oleh Jero Gede (senggu). dan berita yang beredar bahwa Ida Bhujangga telah moksah, sudah tidak ada lagi preti sentananya. Padahal sebenarnya Ida bhujangga hanya pergi dari klungkung (pusat kerajaan bali pada waktu itu).

    Sudah jelaslah perbedaan antara Bhujangga waisnawa dan senggu. Bhujangga waisnawa merupakan keturunan dari Ida Resi Makandeya dan sudah ada berabad-abad di bali jauh sebelum kedatangan majapahit ke Bali. Sementara senggu ada sejak pemerintahan Dalem Waturenggong, yaitu zaman setelah kedatangan Majapahit ke Bali. Ida Resi Bhujangga "ditapak" oleh Ida Resi Nabe Bhujangga Waisnawa, sementara Jero Gede "ditapak" oleh Ida Nabe Siwa.
Setelah kejadian di Gelgel tersebut maka peranan bhujangga waisnawa terpinggirkan ditambah lagi setelah Danghyang Nirartha atas restu Dalem Waturenggong, merestrukturisasi kehidupan masyartakat dengan mengeluarkan sistem kasta. dimana yang disebut golongan Brahmana adalah Danghyang Nirartha beserta keturunannya dan Danghyang Astapaka (saudara danghyang nirartha) beserta turunannya. Ksatria adalah Raja dan keluarganya, Arya adalah para patih dan punggawa kerajaan dan diluar ketiga golongan itu adalah Sudra.
Demikianlah cerita tentang Bhujangga Waisnawa dan Senggu, semoga bermanfaat. Tulisan ini bukan bertujuan untuk mendiskreditkan dan mejelekkan golongan tertentu. Melainkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan saja khususnya untuk para semeton bhujangga waisnawa. marilah para semeton bhujangga waisnawa tetap teguh memegang sasana ke bhujanggaan, yaitu untuk selalu arif dan bijaksana namun rendah hati. Bu artinya Bumi/pertiwi, Ja artinya air suci, Ngga artinya nagasari, sarining sekar anyuksemaning tirta jati utama maka perihaning wong kabeh (lontar kerta bhujangga). Bhujangga adalah air atau tirta suci yang dapat membersihkan bumi dan segala isinya atau dengan kata lain adalah sebagai pengayom.


Pura Luhur Bhujangga Waisnawa 





Pura Luhur Bhujangga Waisnawa merupakan tempat suci sebagai media pemujaan Bhatara Kawitan (Leluhur) dari Wangsa Bhujangga Waisnawa. Pura Luhur Bhujangga Waisnawa ini di samping sebagai Pura Kawitan sangat diyakini di masa lampau sebagai suatu pasraman. Di tempat ini dipuja roh suci leluhur atau Dewa Pitara dari Wangsa Bhujangga Waisnawa dan tentunya juga sebagai media pemujaan pada Tuhan dalam berbagai manifestasinya.
Menurut catatan sejarah, dinyatakan bangunan suci ini didirikan oleh Ida Bagus Angker yang setelah dwijati bergelar Ida Bhagawan Resi Canggu. Ida Bagus Angker ini juga sebagai pendiri Pura Petali yang berada di areal lebih di bawah dari Pura Luhur Bhujangga Waisnawa. Ida Bagus Angker mendirikan Pura Luhur Bhujanga Waisnawa dan Pura Petali di Desa Jatiluwih ini pada zaman pemerintahan di Bali dipimpin oleh Dalem Watu Renggong dengan ibu kotanya di Klungkung. Dalem Watu Renggong memerintah di Bali dari tahun 1460-1550 Masehi.
Pura Luhur Bujangga Waisnawa terletak di Dusun Gunung Sari, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali. Tempat ini dapat dijadikan salah satu tujuan wisata anda saat berkunjung dan berwisata di Pulau Bali. Arsitektur menawan serta keindahan ukiran-ukiran yang terukir di bangunan pura akan menjadi pemandangan yang menakjubkan bagi anda yang berkunjung ke objek wisata pura ini. Letak dari objek wisata ini juga berdekatan dengan beberapa objek wisata, diantaranya yaitu objek wisata Jatiluwih, Pura Luhur Petali, Air Panas Belulang dan Bali Butterfly Park. Di pura luhur bhujangga ini juga terdapat 2 Beji, yaitu Beji Kauh dan Beji Kangin



Beji Kauh 

Beji Kauh berada di sebelah barat saat anda memasuki areal Pura Kawitan Bhujangga Waisnawa.
Para pemedek yang tangkil biasanya melakukan penglukatan di beji kauh dan beji kangin. Beji Kauh terdapat sumber mata air yang mengalir dan berasal dari gunung batukaru.


Beji Kangin

Beji Kangin berada di sebelah timur saat anda memasuki areal Pura Kawitan Bhujangga Waisnawa
Beji kangin terdapat kolam yang diatasnya ditumbuhi lumut dan kapu-kapu.




















Share:

Thursday, 22 November 2018

MELIK ( Anugerah yang harus dijaga dengan baik)




Kita semua terlahir kembali sebagai manusia dengan membawa energi kita sendiri masing-masing. Diantaranya adalah energi kesadaran, energi kesiddhian, energi karma, energi kebiasaan, energi kecenderungan pikiran, dsb-nya.
Salah satu istilah untuk menunjuk pada energi kelahiran kita di Bali disebut "melik". Sebab dari kelahiran orang yang melik, sebenarnya disebabkan karena energi kesiddhian dan energi karma kita sendiri yang kita bawa dari kehidupan sebelumnya. Yaitu, umumnya orang melik, di kehidupan mereka sebelumnya melakukan praktek spiritual tertentu yang ada kaitannya dengan kesiddhian [kesaktian]. Praktek spiritual tersebut menghasilkan kekuatan energi tertentu, yang ikut terbawa sebagai energi kesiddhian dan energi karma ke dalam kelahiran sekarang. Inilah yang sesungguhnya terjadi pada orang melik.

Rerajahan yang terdapat pada orang melik biasanya terdapat di telapak tangan, dijidat atau di bagian tubuh tertentu selain itu juga bisa terdapat tanda senjata terkadang terdapat salah satu dari sembilan senjata pengider bhuwana tergantung tugas yang diemban sang anak lahir ke dunia, dengan rerajahan senjata para dewa seperti:
  • Bajra
  • Gada
  • Nagapasa
  • Cakra
  • Dupa
  • Angkus
  • Trisula
  • Moksala,
  • Api dan Angin
Pertanda orang melik berbeda-beda tergantung bagaimana di kehidupan sebelumnya. Yaitu memiliki salah satu atau beberapa dari 12 [dua belas] pertanda melik sebagai berikut ini :

I. Secara alami memiliki salah satu atau beberapa pertanda spiritual sebagai berikut


 [MELIK ADNYANA] :
  • Secara alami [tanpa melakukan praktek spiritual apapun] memiliki kepekaan tentang energi, misalnya dapat mendeteksi energi seseorang, atau dapat mendeteksi energi suatu tempat, dsb-nya, sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan jnana kepekaan terhadap energi.
  • Secara alami [tanpa melakukan praktek spiritual apapun] bisa mendengarkan suara-suara dari alam niskala [alam tidak kelihatan], sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan jnana mendengar alam niskala.
  • Secara alami [tanpa melakukan praktek spiritual apapun] bisa melihat kehadiran hantu atau mahluk-mahluk halus lainnya, sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan jnana mata spiritual [mata ketiga, trineta] terbuka.
  • Seringkali mimpi yang menjadi kenyataan [melihat masa depan melalui mimpi], sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan jnana dapat meramal masa depan.
  • Seringkali mimpi tentang alam-alam suci, atau sering mimpi didatangi para Dewa-Dewi, atau sering mimpi didatangi orang-orang suci, sebagai pertanda bahwa secara niskala dituntun dan dijaga oleh Ista Dewata pelindung, atau oleh Dharmapala.
  • Seringkali mimpi terbang dan telanjang bulat, sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan spiritual yang sangat tinggi dan mendalam.


    II. Memiliki salah satu atau beberapa tanda kelahiran sebagai berikut


    [MELIK CECIREN] :
  • Pada tubuhnya ada tanda kelahiran berbentuk Omkara, atau berbentuk senjata Dewa seperti Bajra, Gada, Nagapasa, Chakra, Trisula, dsb-nya, atau berbentuk unsur panca maha bhuta seperti api, atau berbentuk simbol-simbol spiritual lainnya seperti bunga padma, swastika, dsb-nya.
  • Pada rambut di kepalanya memiliki usehan [user-user] sebanyak 3 [tiga] atau lebih.
  • Pada lidahnya sebagian berwarna hitam [lidahnya poleng atau belang].
  • Pada kemaluannya terdapat tahi lalat.
  • Ketika menginjak usia tertentu, secara alami muncul gimbal [rambut plusut atau dreadlock] pada rambutnya.
  • Pada waktu kelahirannya terlilit oleh tali pusar.
Jika memiliki salah satu atau beberapa dari 12 [dua belas] pertanda tersebut, berarti orang melik. Semakin banyak tandanya, semakin keras meliknya.
Hal utama yang sangat penting dalam kehidupan orang melik adalah kewajiban atau kebersediaan dirinya untuk melanjutkan praktek spiritual dharma-nya dari kehidupan sebelumnya. Terutama karena terdapat suatu kecenderungan, yaitu orang melik cenderung hidupnya akan berjalan dengan banyak hambatan dan rintangan, atau hidupnya kacau dan banyak masalah, atau bahkan kadang-kadang terjadi orang melik akan berumur pendek.
Hal itu disebabkan oleh 2 [dua] faktor. Yaitu sebagai berikut :

  • Karena orang melik di dalam dirinya memiliki kekuatan energi yang jauh lebih besar dari orang kebanyakan. Energi yang besar ini sangat perlu disalurkan atau diekspresikan secara spiritual, karena jika tidak maka orang melik tersebut akan mengalami gangguan emosi, seperti sensitif mudah tersinggung, mudah marah, mudah sedih, mudah lelah, mudah depresi, dsb-nya, atau sering mengalami sakit kepala, atau sering pingsan, dsb-nya. Kadang-kadang akan muncul dalam bentuk kerauhan [kesurupan]. Jika energi yang besar ini tidak disalurkan atau diekspresikan secara spiritual dalam jangka waktu lama, energi ini dapat menjadi liar dan memantul balik, kemudian menimbulkan kekacauan bagi kehidupan orang melik seperti misalnya dia akan sering mengalami kecelakaan, atau sulit mendapat rejeki, atau sulit ketemu jodoh, atau sulit mendapat keturunan, atau tidak disukai orang, atau bercerai dengan pasangan, atau sering kena tipu, dsb-nya, atau kemungkinan lain energi ini dapat merusak tubuhnya sehingga membuat orang melik mengalami sakit yang berat, jenis sakitnya berbeda-beda tergantung masing-masing.
  • Karena orang melik laksana permata kemilau yang menarik perhatian para Dewa-Dewi atau para mahluk alam-alam bawah.
Secara alami orang melik laksana permata bercahaya kemilau yang akan menarik perhatian dari para Dewa-Dewi atau dari para mahluk alam-alam bawah.
Jika orang melik tersebut rajin memurnikan diri [melukat] di pura pathirtan [sumber mata air suci] yang sakral, tekun melakukan sadhana [praktek spiritual] yang tepat, jarang melakukan perbuatan atau perkataan yang berdampak menyengsarakan atau menyakiti mahluk lain, serta punya hati penuh belas kasih, penuh pengertian dan sering melakukan kebaikan-kebaikan, maka orang melik akan menarik perhatian para Dewa-Dewi. Ini merupakan langkah yang aman. Dia akan dinaungi dan dilindungi oleh para Dewa-Dewi. Kalaupun dia ada didatangi mahluk-mahluk bawah mereka datang untuk mencari pertolongan dan bukan untuk mengganggu.

Sebaliknya jika orang melik tersebut jarang memurnikan diri [melukat] di pura pathirtan yang sakral, tidak melakukan sadhana [praktek spiritual] yang tepat, sering melakukan perbuatan dan perkataan yang berdampak menyengsarakan atau menyakiti mahluk lain, punya sifat mementingkan diri sendiri, apalagi sering melakukan kejahatan, maka orang melik akan menarik perhatian dari para mahluk alam-alam bawah. Sehingga kehidupannya akan terganggu. Apalagi jika dia menjalin hubungan dengan "para Dewa-Dewi" [tapi sesungguhnya tipuan mahluk alam-alam bawah yang menyamar] atau bahkan mengikat janji dengan mereka. Ini merupakan langkah yang sangat berbahaya. Dampaknya adalah orang melik seperti ini kelak ketika meninggal akan ditarik ke alam-alam bawah. Dalam beberapa kasus yang ekstrim, bahkan orang melik seperti ini dengan sangat tidak sabar ditarik ke alam-alam bawah, bisa tiba-tiba meninggal dengan cara bunuh diri, tabrakan, dsb-nya.
Energi melik tidak akan pernah bisa hilang permanen sebelum kita mati, tidak peduli apapun upaya atau ritual yang kita lakukan. Yang bisa kita lakukan adalah mengubah energi melik ini menjadi sesuatu yang berguna, sehingga energi melik ini menjadi "karunia luar biasa" dan bukan menjadi musibah.

Orang yang melik sesungguhnya sangat beruntung. Dalam urusan spiritual, secara alami sudah jauh lebih maju dibandingkan orang-orang biasa. Ibarat dari lahir memang dipersiapkan untuk memasuki alam-alam suci para Ista Dewata atau mencapai Moksha. Dengan tekun saja melakukan praktek sadhana, membina kesadaran, menjaga diri dan tidak melakukan kesalahan fatal, sampai waktu kematian menjemput, maka sangat mungkin dapat memasuki alam-alam suci para Ista Dewata atau mencapai Moksha. Berbeda dengan orang-orang biasa yang harus berjuang keras.
Selain itu, sesungguhnya orang melik adalah berkah bagi keluarganya. Karena jika dia dengan tekun saja melakukan praktek sadhana, membina kesadaran, menjaga diri dan tidak melakukan kesalahan fatal, maka dia akan menjadi “kapal laut” yang akan mengangkut keluarganya ke samudera kebahagiaan secara sekala maupun niskala.

Energi melik ini tidak akan membuat hidup menjadi banyak hambatan dan rintangan, tidak akan membuat hidup menjadi kacau dan banyak masalah, tidak akan membuat berumur pendek, tapi sebaliknya malah akan mendatangkan keselamatan dan karunia kehidupan jika orang melik bersedia melakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu :
  1. Segera melakukan pewintenan Saraswati.
  2. Rajin memurnikan diri [melukat] di pura pathirtan [sumber mata air suci] yang sakral setidaknya satu kali setiap bulan pada hari rahina suci. Ini bertujuan pertama yaitu untuk memurnikan energi melik di dalam diri, agar energi tersebut tidak menjadi energi yang mengganggu emosi, atau menjadi sakit, atau menimbulkan kekacauan bagi kehidupan.Tujuan kedua yaitu untuk untuk memurnikan energi di dalam diri karena dalam kehidupan keseharian mungkin mengalami leteh karena secara tidak sengaja mesulub di jemuran, makan minum diluar yang tidak sukla, pergi ke tempat yang energinya tidak bagus, dsb-nya.
  3. Punya hati penuh belas kasih, penuh pengertian dan sering melakukan kebaikan-kebaikan, sehingga energi melik tersalurkan dan terekspresikan menjadi energi yang indah, yang menyembuhkan jiwa dan raga. Rasakan sendiri bagaimana mekarnya perasaan bahagia di dalam diri ketika mengekspresikan energi melik untuk menolong, menyelamatkan, atau memberikan kebahagiakan untuk mahluk lain.
  4. Berusaha keras menahan diri dari perbuatan dan perkataan yang menyengsarakan atau menyakiti mahluk lain, serta menahan diri dari sifat-sifat mementingkan diri sendiri. Jangan terseret energi kemarahan, kebencian, keserakahan, jangan hanya memikirkan diri sendiri, jangan sedih terlalu dalam, jangan sombong, dsb-nya. Dengan tujuan agar energi melik tidak tersalurkan dan terekspresikan menjadi energi yang menyeramkan. Yang tidak saja akan membuat orang melik menarik perhatian para mahluk alam-alam bawah, tapi juga membuat energi melik menjadi energi yang mengganggu emosi, menjadi sakit, atau menimbulkan kekacauan bagi kehidupan.
  5. Belajar dan berusaha untuk memiliki cara pandang positif terhadap diri kita sendiri, maupun kepada apa yang terjadi dalam kehidupan kita.
  6. Belajar dan berusaha untuk banyak bersyukur pada semua berkah-berkah kehidupan yang kita miliki dan pada apa yang kita dapatkan.
  7. Tekun mempraktekkan meditasi kesadaran [meditasi non-dualitas, advaitta-citta], sehingga energi melik tersalurkan dan terekspresikan menjadi energi spiritual yang mengangkat kesadaran orang melik pada dimensi kesadaran Atma yang tinggi.
  8. Belajar dan berusaha semampunya untuk dapat bersikap ikhlas dan penuh kerelaan di dalam menghadapi rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Ketika kita disakiti orang lain atau tersakiti oleh situasi keadaan, atau ketika berada dalam situasi keadaan yang tidak nyaman, kita belajar dan berusaha semampu kita untuk menerimanya dengan tenang, damai dan keikhlasan sempurna.
  9. Tidak melakukan hubungan seks diluar nikah. Sebab jika melakukan hubungan seks diluar nikah akan mengacaukan energi orang melik. Hanya diperbolehkan melakukan hubungan seks dengan pasangan sah [suami / istri]. Artinya sudah menikah. Karena orang menikah dalam upacara pernikahan sudah di-pasupati, serta secara niskala sudah memperoleh restu, ijin dan perlindungan dari para Ista Dewata dan leluhur kedua belah pihak. Jika orang melik belum menikah kemudian sangat terdesak sekali perlu penyaluran nafsu seks, lebih baik melakukan [mohon maaf] masturbasi. Ini merupakan pilihan yang jauh lebih baik dibandingkan melakukan hubungan seks diluar nikah. Karena energinya jauh lebih mudah untuk dimurnikan kembali.
  10. Selektif dalam makanan dan minuman. Jangan minum-minuman beralkohol, apalagi memakai narkoba. Karena itu akan mengacaukan energi orang melik. Hindari mengkonsumsi makanan atau minuman yang diolah secara sembarangan [tidak sukla]. Bagus sekali dan sangat disarankan kalau bisa tidak memakan binatang berkaki empat.
  11. Selektif dalam pergaulan. Hindari bergaul dekat dengan orang yang tidak baik, seperti tukang gosip, hedonis, berandalan, dan sejenisnya.
  12. Selektif dalam memasukkan informasi ke dalam pikiran kita, seperti menonton tv, melihat berita, membaca buku, mendengarkan musik, melihat sosial media, dsb-nya. Misalnya jangan menonton sinetron dengan tema kebencian dan konflik, atau membaca berita tentang perang, kejahatan dan politik, dsb-nya.
  13. Tidak melanggar dresta-dresta [peraturan niskala] yang ada di suatu pura saat tirtayatra. Karena secara niskala hal ini dampaknya berbahaya bagi orang melik.
  14. Kalau bisa hindari untuk pergi ke sembarang tempat, yaitu tempat yang energinya buruk dan liar secara niskala [sama sekali tidak ada palinggih]. Terutama sekali, hindari untuk tidur di sembarang tempat.
Jika orang melik tekun dan tulus melaksanakan semua hal diatas, itu berarti dia sedang mengubah energi melik menjadi karunia kehidupan, dia sedang membangun kedamaian sejati di dalam diri [Manah Shanti], dia sedang menambahkan banyak kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan mahluk lain, dia sedang melanjutkan perjuangan spiritualnya dari kehidupan sebelumnya, serta sekaligus juga dia sedang menapaki jalan menuju kebangkitan kesadaran Atma.Selain itu, dia akan dapat menjadi “kapal laut” yang akan mengangkut keluarganya menuju samudera kebahagiaan secara sekala maupun niskala.

Jika di sekitar kita ada anggota keluarga atau kenalan yang melik, bantu dan bimbinglah dia ke arah yang tepat. Sehingga kelak dia akan terhindar dari garis kehidupan yang buruk, serta sekaligus dapat menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.
Salah satu pertanyaan yang sangat sering diajukan kepada saya adalah, apakah orang melik harus ngiring. Jawaban saya adalah orang melik tidak selalu harus ngiring.
Terlepas dari bahasan apakah orang melik hendak ngiring atau tidak, ingatlah satu pesan yang sangat penting ini.

Satu pesan sangat penting untuk semua orang melik maupun semua praktisi spiritual lainnya, adalah hendaknya kita sangat hati-hati untuk berhubungan dengan alam niskala, atau apalagi memasuki alam niskala. Karena hal itu resikonya besar. Jika kita hendak berhubungan dengan alam niskala, atau apalagi memasuki alam niskala, kita wajib harus berada dalam tuntunan dan perlindungan seorang Guru suci. Agar perjalanan kita aman dan sekaligus berjalan ke arah yang tepat.
Tapi seandainya kita tidak bisa mendapat tuntunan dan perlindungan dari seorang Guru suci, disana ada jalan alternatif lain untuk berhubungan dengan alam niskala, atau memasuki alam niskala.Di alam niskala terdapat sebuah hukum sempurna yang bekerja. Yaitu jika di dalam diri kita “sampah”, maka secara alami kita akan mengundang “lalat” untuk datang. Jika di dalam diri kita “bunga”, maka secara alami kita akan mengundang “kupu-kupu” untuk datang.Artinya, sebelum berhubungan dengan alam niskala, atau apalagi memasuki alam niskala, kita memiliki tugas penting untuk terlebih dahulu menyempurnakan kejernihan emosi kita, serta menyempurnakan belas kasih dan kebaikan kita kepada semua mahluk di alam nyata ini. Kepada manusia, kepada binatang dan semua mahluk.Nanti ketika kita sudah merasa emosi kita jernih [stabil], sudah merasa tidak punya musuh, sudah merasa belas kasih dan kebaikan kita mendalam kepada semua mahluk, disana barulah kita boleh berhubungan dengan alam niskala, atau memasuki alam niskala. Karena secara alami akan ada Ista Dewata yang menjadi Guru pembimbing kita di alam niskala. Hal itu sealami bunga yang akan mengundang kupu-kupu untuk datang.

Jadi artinya jika orang melik memiliki aspirasi untuk ngiring, yang berarti dia pasti akan berhubungan dengan alam niskala, atau memasuki alam niskala, dia memiliki 2 [dua] pilihan yang harus diikuti. Agar perjalanannya aman dan sekaligus berjalan ke arah yang tepat.
  • Pilihan pertama : dia wajib harus berada dalam tuntunan dan perlindungan seorang Guru suci. 
  • Pilihan kedua : dia wajib harus terlebih dahulu menyempurnakan kejernihan emosinya, serta menyempurnakan belas kasih dan kebaikannya kepada semua mahluk di alam nyata.
Share:

Translate

Subscribe Channel

Followers

Pengunjung Blog

Flag Counter

Total Pageviews

Hosting Unlimited Indonesia