Blog ini dibuat untuk memberikan informasi mengenai seni, budaya, teknologi, serta destinasi wisata

Featured post

Pura Luhur dan Asal-Usul Pretisentana Bhujangga Waisnawa

Pura dan Asal-Usul Pretisentana Bhujangga Waisnawa       Kata senggu berasal dari kata sengguh yang berarti dikira. perkataan ini menj...

Tuesday, 27 November 2018

Pengertian dan Pemakaian Gender Wayang ( Alat Musik Tradisional Bali)


Gender Wayang adalah barungan alit yang merupakan gamelan Pewayangan (Wayang Kulit dan Wayang Wong) dengan instrumen pokoknya yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender ini terdiri dari sepasang gender pemade (nada agak besar) dan sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2 panggul.
Gender wayang ini juga dipakai untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi) dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). Untuk kedua upacaranya ini, dan untuk mengiringi pertunjukan wayang lemah (tanpa kelir), hanya sepasang gender yang dipergunakan.
Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan. Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang kecil, sepasang cengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender Wayang.
Pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasanya memakai sejumlah tabuh yang berdasarkan fungsinya.

Tabuh-tabuh yang dimaksud antara lain:
  • Pategak (pembukaan) yang merupakan tabuh instrumentalia
  • Tabuh Pamungkah gending-gending untuk mengiringi dalang melakukan puja mantra persembahan, membuka kotak wayang (kropak)
  • Tabuh Patangkilan gending untuk mengiringi adegan pertemuan/persidangan
  • Tabuh angkat-angkatan gending untuk mengiringi adegan sibuk seperti keberangkatan laskar perang dan perjalanan
  • Tabuh rebong gending untuk mengiringi adegan roman
  • Tabuh tangis gending untuk mengiringi suasana sedih
  • Tabuh batel gending untuk mengiringi adegan perang
  • Tabuh panyudamalan  gending khusus untuk mengiringi upacara pangruwatan (dalam Wayang Sapuh Leger)




 
Ibarat musik modern, aliran dari instrumen atau gamelan gender ini adalah jazz. Jadi jika ingin belajar main gender, selain belajar cara menggenggam dan memukul, juga butuh menyerap lirik lagu dengan ekstra. Karena keunikan ini, gender kini banyak dipelajari oleh orang-orang Jepang, Korea, dan USA.

Di Bali, instrumen gender kebanyakan digunakan saat upacara manusa yadnya seperti potong gigi, pawiwahan (perkawinan) dan menek kelih,

Kesenian wayang kulit di Bali juga diiringi dengan menggunakan gamelan gender wayang atau Pewayangan dalam pementasan atau pertunjukannya.

Dikutip dalam Babad Bali, Gamelan Gender Wayang dengan instrumen yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender ini terdiri dari :
  • Sepasang gender pemade (nada agak besar).
  • Sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2 panggul.
Gender wayang ini juga dipakai untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi) dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). Untuk kedua upacaranya ini, dan untuk mengiringi pertunjukan wayang lemah (tanpa kelir), hanya sepasang gender yang dipergunakan.

Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan.

Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang kecil, sepasang cengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender Wayang. 


Share:

0 komentar:

Post a Comment

Translate

Subscribe Channel

Followers

Pengunjung Blog

Flag Counter

Total Pageviews

Hosting Unlimited Indonesia